----== SUKSESKAN WISATA RELIGI 4 WALI DI JAWA TENGAH & TAMASYA BOROBUDUR 15-17 DESEMBER 2017 ==----

INFORMASI PENTING

Kunjungan ke Pondok Pesantren "RUBAT MBALONG" Kedungreja pada hari SABTU, Tanggal 7 Oktober 2017

FESTIVAL HADROH DALAM RANGKA HARI SANTRI NASIONAL 22 OKTOBER 2017 DIBUKA UNTUK UMUM PADA HARI MINGGU TANGGAL 22 OKTOBER 2017

SAMBUTAN KEPALA MADRASAH

SAMBUTAN KEPALA MADRASAH

Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2020/2021

Informasi Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2020/2021
Brosur PPDB tahun 2020

Kamis, 04 Agustus 2016

Peserta Didik MA Al Ittihad Sidareja selalu berprinsip "Didalam Jiwa yang Sehat terdapat Tubuh yang Kuat"

Nikmat dari Allah sangat berlimpah tidak terkira : ”Maka jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscahaya kamu tidak akan dapat menghitungnya” (QS An Nahl :18). Dan diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai itu adalah nikmat kesehatan. Berapa harga mata, indra pendengaran, ginjal, jantung atau hati? Maukah kamu menukar mata dengan kekayaan dunia beserta isinya? Dr. Harold J. Morovitz pernah iseng-iseng menaksir harga fisik tubuh manusia beserta kelengkapanya organ-organnya. Menurutnya bila seseorang berbobot 60 kg maka nilai tubuhnya berkisar US$ 6 juta atau 60 milyar rupiah (jika kurs US$ 1 = Rp 10.000).
Begitu mahalnya manusia sehingga Al- Qur’an menegaskan bahwa harga satu orang manusia sama dengan seluruh kehidupan umat manusia (QS Al-Maidah : 32). Demikian besarnya nikmat kesehatan ini, sehingga dalam sebuah Hadist, Nabi SAW menggandengkan dua nikmat yang sangat besar bagi manusia yaitu nikmat iman dan kesehatan : “Sesungguhnya manusia tidak diberi yang lebih baik di dunia daripada keyakinan dan kesehatan maka mohonlah keduanya kepada Allah SWT”. (HR Ahmad). Dalam Hadist tersebut Rasullah SAW merangkaikan persyaratan mendasar untuk memperoleh kesejahteraan dunia dan kesejahteraan bagi kehidupan akhirat. 


Iman adalah dasar untuk dapat selamat dalam menempuh hidup ini dan “terutama untuk kehidupan setelah mati” karena hanya imanlah satu-satunya yang mengarahkan pandangan bahwa cita-cita kesuksesan hidup jangan sebatas pengalaman teresterial duniawi tapi juga harus menembus sekat-sekat alam fisis ketika kelak kita memasuki pengalaman transcendental saat mati nanti. Sedang kesehatan adalah basis fisik meraih kesejahteraan hidup di dunia ini, kerena betapapun banyak nikmat yang dimiliki menjadi tidak bermakna bila seseorang jatuh sakit. Rasullah mengatakan : “Orang yang memasuki pagi hari dengan kesehatan yang baik, aman ditempat kediamannya dan memiliki makanan harianya, maka seolah-olah seluruh kehidupan dunia ini telah di anugerahkan kepadanya “, (HR At-Turmudzi). 

Para ulama Salafusshaleh menyatakan bahwa ayat yang berbunyi : “Kemudian sungguhh kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang kenikmatan (yang kalian rasakan didunia ini),” (QS At Takatsur :8), juga mengisyaratkan tentang kesehatan. Seperti kata Soraya Susan Behbehani : “Tubuh harus dirawat karena ia adalah cetakan bagi kehidupan dan jiwa ada di dalamnya ; semacam kerang yang mengandung mutiara yang sedang tumbuh, tanpa kerang tidak akan ada mutiara”. 

Simpul-simpul pemeliharaan kesehatan dalam Islam terletak pada kehidupan yang bersih, aktif, tenang, moderat, adil, porposional, seimbang dan alami. Jangan melakukan sesuatu dengan mengabaikan kebutuhan diri. Rasullah SAW menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampui batas, bersifat eksterm dan berlebih-lebihan dalam ibadah, seperti dalam sabdanya : “sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”. Ketika ada seorang shabat yang berazam akan berpuasa terus menerus, shalat tahajud sepanjang malam penuh sehingga kebutuhan jasmaninya terabaikan, Nabi malah mengatakan “Sesungguhnya aku mengawini wanita, memakan daging, aku tidur, bangun (shalat malam), puasa dan berbuka. Siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukan dari umatku.” 

Sayyidina Ali r.a mengatakan : “hiburlah hatimu, kerena bila ia lelah , hati cenderung menjadi buta”. Siapapun kita telah ditegaskan oleh Allah bahwa kita tidak dituntut melakukan sesuatu diluar batas kemampuan kodrat kita :”Allah tidak membebani seseorang malainkan sesuai dengan kadar kemampuanya” (QS Al Baqarah : 286). Perintah-perintah dalam ibadah selalu proposional dengan menjaga keseimbangan kebutuhan materil dan spiritual. 

Jika sehat di artikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa bantuan kacamata. Tetapi, mata yang ‘afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Maka kata ‘afiat dapat diartikan pula sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaanya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh sacara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan pentunjuk-petunjuk-Nya. 

url: http://enisuryanitas3.blogspot.co.id/

MUTIARA KATA